Diversifikasi dan Mental Penetrasi Menjadi Kunci Peningkatan Ekspor

By Admin

nusakini.com--Meski ekspor non-migas Indonesia tahun silam naik 16% (158 miliar USD), ternyata masih lebih rendah dibandingkan negara-negara jiran. Diversifikasi dan mental menembus pasar baru menjadi kunci untuk menyalip di tikungan. 

Demikian disampaikan Ari Satria, Direktur Pengembangan Produk Ekspor, Kementerian Perdagangan pada diklat Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) angkatan ke-60, di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri belum lama ini.

“Diversifikasi eksportir dapat dilaksanakan dengan merangkul pengusaha apa pun yang bisa berkontribusi untuk ekspor baik kecil, sedang, maupun besar,” katanya. 

Adapun teknisnya yakni dengan mendorong industri berorientasi ekspor dan meningkatkan ekspor barang-barang yang bernilai tambah tinggi. Diversifikasi pasar tentunya juga keharusan, dengan Asia Selatan, Afrika dan Amerika Latin sebagai target. 

“Ekspor Indonesia selama 50 tahun tidak banyak berubah, selalu ditopang oleh hasil alam dan bahan mentah. Hal ini menjadikan surplus perdagangan Indonesia bergantung dengan naik turunnya harga komoditas, bukan dari nilai tambah,” katanya. 

Komoditas seperti kelapa sawit, batubara, karet, emas, dan alas kaki masih mendominasi ekspor Indonesia dengan pangsa pasar utama China 14%, Amerika Serikat 11,2%, Jepang 9,6%, India 9,1% dan Singapura 6%. 

Selain monotonnya varian produk ekspor Indonesia, lemahnya minat pengusaha Indonesia untuk go-international karena terbuai besarnya pasar domestik juga menjadi kendala penguatan ekspor. Ribetnya sinergi dan koordinasi antara lembaga terkait juga disebut sebagai salah satu PR yang harus diselesaikan. 

Beberapa upaya untuk meningkatkan ekspor telah dilakukan pemerintah antara lain dengan misi dagang, Trade Expo Indonesia, pameran, business matching, dan pembentukan perjanjian bilateral dengan negara mitra. 

Mengenai peran Kemlu untuk ekspor Ari Satria mengungkapkan bahwa informasi pasar dan market intelligence yang sederhana dan menarik dibutuhkan oleh para pengusaha dari Kemlu dan Perwakilan RI di luar negeri. Bahan-bahan itu perlu diolah untuk dijadikan kebijakan di pusat. 

Peserta Sesdilu tampak serius mengikuti perkuliahan. Ada keprihatinan yang cukup mendalam atas fenomena diatas. Tidak sedikit yang kemudian menyatakan tekadnya untuk lebih inovatif saat bertugas kelak. 

“Kita ada lebih dari seratus Perwakilan RI termasuk kantor promosi dagang di luar negeri, ya kita jangan sampai kalah dengan negara tetangga, kita harus berinovasi untuk mendorong ekspor” komentar Rangga Yudha, peserta Sesdilu 60. (p/ab)